KLG Ruang Merdeka Multi Komunitas

Kampung Lali Gadget sebagai ruang merdeka multi komunitas terus berinovasi dan berbenah mewujudkan generasi yang bersemangat menjadi Indonesia. Merdeka bermain, belajar, berekspresi, tumbuh, berkembang, bagi anak-anak, mutlak dihadirkan di kampung-kampungnya Indonesia. Dari kampunglah bibit-bibit penerus bangsa lahir dan tumbuh. Kampung adalah ruang merdeka yang sangat ideal bagi tumbuh kembang anak. Kondisi Alam, dinamika masyarakat, kondisi budaya, pengetahuan tradisional, kehidupan ekonomi, semua adalah media belajar bagi pertumbuhan anak. Anak dapat mengambil pelajaran yang sangat aktual daripada hanya menghafal seperti yang terjadi dalam pendidikan formal kita saat ini.

Seperti kata Ki Hajar Dewantara, pendidikan tidak bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat (kebudayaan). Mungkin karena titah tersebut, otoritas pendidikan tidak memisahkan antara pendidikan dan kebudayaan dalam satu kementrian/departemen. Kampung Lali Gadget mengambil bagian penting tersebut menjadi jiwa pergerakan. Kesadaran bahwa belajar itu wajib ada di tengah-tengah masyarakat menjadi patokan utama untuk menghadirkan ruang belajar merdeka ini.

Kelas-kelas belajar tidak harus ditutup oleh empat sisi tembok persegi panjang. Juga tidak harus dituntut untuk hafalan teori terjadinya sesuatu. Anak-anak dapat belajar memahami sesuatu karena mengalami sendiri. Aktualisasi kehidupan sehari-hari yang akan menjadi teori (pemahaman) abadi dalam sanubari. Di sinilah ruang pendidikan yang harusnya wajib bagi anak-anak. Ruang tempat mereka menemukan sebab akibat sebuah peristiwa. Ruang mereka menemukan interaksi sosial berkarakter sebagai bekal menjadi manusia Indonesia seutuhnya.

  1. Berjalan seiring program merdeka belajar kemendikbud

Selain merancang program merdeka bagi anak-anak lokal, Kampung Lali Gadget juga menyeiringi program merdeka belajar, dan segala turunannya yang diamanahkan kepada satuan pendidikan. Saat banyak munculnya sekolah penggerak di daerah-daerah, KLG Institute menjalin mitra dengan sekolah tersebut untuk melakukan kelas-kelas merdeka belajar. Sebagian besar adalah kerjasama dalam hal penyajian materi merdeka belajar di desa  seperti permainan tradisional, belajar pertanian, belajar tentang alam dan sebagainya. Termasuk juga rencana singkronisasi kurikulum tematik SD sekitar dengan agenda mingguan KLG. Salah satu SMP negeri di kabupaten sidoarjo juga telah menandatangani MOU dengan KLG dalam jangka waktu 3 tahun kerjasama. Sekolah tersebut adalah sekolah penggerak yang ingin siswanya belajar tentang kearifan lokal yakni membuat udeng pacul gowang.

2. Merdeka bermain dan karya berkarakter di desa

Hari-hari d Kampung Lali Gadget selalu berjalan dengan gembira. Anak-anak bebas bermain, memproduksi, bahkan mengolah hasil karyanya sekreatifnya. Tanpa dijadwalkan atau diminta oleh para pendamping. Anak-anak sebenarnya telah belajar dari kehidupan sehari-hari. Apa yang mereka lihat di masyarakat atau di sekitarnya, selalu ditirukan. Memang anak adalah peniru yang sangat ulung. Ada sekelompok anak-anak yang meniru membuat gubuk baca dengan ukuran dan bentuk yang hampir sama. Semua hal itu dikerjakan oleh anak-anak tanpa bantuan orang dewasa.

Lihat saja saat ada beberapa anak mengambil inisiatif membersihkan perpustakaan, mencatat presensi kehadiran temannya, menata meja, dan lain sebagainya. Bukankah mereka meniru kebiasaan yang dilakukan orang dewasa sebelumnya? Sekali lagi, hal yang seperti itu tidak pernah diperintah oleh orang dewasa. Jika kita melihat perpustakaan umum sepi pengunjung, di KLG kita melihat anak-anak tanpa disuruh , hadir di perpustakaan untuk membaca, menggambar, mewarnai, bermain dan lain sebagainya. Sementara di lingkungan pendidikan formal hanya untuk datang ke perpus, anak-anak harus diperintah gurunya untuk mencari jawaban dari tugas mapelnya di buku perpus.

Inilah yang dinamakan kemerdekaan sesungguhnya. Anak-anak memetik pengetahuan, keterampilan, dan karakter dari apa yang disukai dan dijalaninya tiap hari. Bukan malah dipaksa menghafal sesuatu yang tidak mereka suka dan relative jauh dari dunia mereka.

3. Merdeka menginovasi perubahan

Kampung Lali Gadget sangat padat dengan aktivitas-aktivitas edukasi. Kegiatan yang diterapkan mengambil prinsip mudah, murah, dan berdampak. Kegiatan KLG juga bukan merupakan program pemerintah yang sangat terikat birokrasi dan bergantung ketersediaan anggaran. Dengan prinsip “murah”, kegiatan KLG dapat bergulir kapanpun dan sesering apapun.

Kemerdekaan menentukan tema belajar, konsep edukasi, menjadi bumbu yang sangat khas dalam perkembangan Kampung Lali Gadget. Selain murah, juga harus mudah. Kegiatan mudah dilakukan karena memang alamiah terjadi di tengah masyarakat, tanpa settingan. Hanya saja orang tidak menyadari bahwa pembelajaran sesungguhnya ada di sana. Selanjutnya juga merdeka dalam memberikan dampak. Apapun kegiatan KLG, harus berdampak pada perkembangan anak. Jiwa mereka harus disentuh dengan hal-hal positif dan menyenangkan. Selain berdampak ke sektor pendidikan, sektor ekonomi, kebudayaan, dan sosial juga menerima dampaknya.

Inilah yang dinamakan merdeka menginovasi perubahan. Tanpa ada kepentingan, tanpa ada birokrasi yang rumit, dan tidak bergantung pada siapapun pejabat pemerintahannya. KLG dapat membuktikan bahwa siapapun yang jadi kepala desa, KLG tetap berjalan. Siapapun kepala daerah maupun anggota legislatifnya, program KLG akan terus ada dan berlipat ganda. Bukti bahwa inovasi perubahan itu harus benar-benar merdeka.